Minggu, 05 Maret 2017

TAKSONOMI BLOOM DAN TAKSONOMI SOLO



TAKSONOMI BLOOM DAN TAKSONOMI SOLO

Perubahan kurikulum selalu dilatar belakangi oleh berbagai alasan dan salah satu alasan adalah perubahan paradigma tentang pendidikan khususnya pembelajaran sebagai dampak dari perkembangan ilmu dan teknologi. Perubahan kurikulum tentunya akan membawa perubahan pada tujuan pendidikan atau pembelajaran. namun untuk perubahan kurikulum selalu didasarkan pada teori dan juga hasil penelitian. Oleh karena itu persepsi kita tentang pergantian menteri berarti pergantian kurikulum nampaknya kurang tepat.
Kurikulum 2013 merupakan salah satu kurikulum yang lahir dari perubahan. Taksonomi merupakan salah satu yang melatar belakangi perubahan kurikulum 2013. Dalam Permendikbud nomor 20 tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dikatakan bahwa kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Lebih lanjut dalam kurikulum 2013, untuk dimensi pengetahuan, kompetensi yang harus dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menyangkut pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif.  Dilihat dari klasifikasinya maka rumusan ini mengacu pada Taksonomi Bloom yang direvisi oleh Anderson and Krathwol. Dalam permendikbud nomor 21 tahun 2016 hal ini ditegaskan. Namun selain Taksonomi Bloom terdapat satu taksonomi baru yang dijadikan sebagai dasar pengembangan pembelajaran yakni Structure of Observed Learning Outcome (SOLO) Taxonomy. Taksonomy SOLO pertama kali dikembangkan oleh Biggs dan Collin (1982) dan telah diperbarui tahun 2003 digunakan sebagai dasar untuk mengelompokkan Tingkat Kompetensi untuk aspek pengetahuan. Berikut akan dipaparkan tentang kedua taksonomi yang digunakan dalam kurikulum 2013.
A.    Taksonomi Bloom revisi
Taksonomi adalah sebuah kerangka pikir khusus yang kategori-kategorinya merupakan satu kontinum. Dalam pendidikan taksonomi digunakan untuk mengklasifikasikan tujuan-tujuan pendidikan. Taksonomi yang dibuat oleh  Bloom menurut Anderson and Krathwol perlu direvisi. Taksonomi haruslah memuat  suatu tindakan oleh karena itu tingkatan yang dibuat adalah tingkatan kata kerja. Oleh karena itu perubahannya salah satunya dari kata benda menjadi kata kerja dan selanjutnya diikuti kata benda. Jadi pada awalnya taksonomi Bloom hanya satu dimensi, namun pada taksonomi Bloom revisi menjadi dua dimensi yang terdiri atas dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif. Kata kerja mendeskripsikan proses kognitif yang diharapkan dari peserta didik, sedangkan kata bendanya mendeskripsikan pengetahuan yang diharapkan dikuasai atau dikonstruksi peserta didik.
Ø  Dimensi Pengetahuan
Dalam dimensi pengetahuan terdapat empat jenis pengetahuan. Empat jenis pengetahuan yang akan dijelaskan dapat membantu para pendidik memutuskan apa yang akan diajarkan. Klasifikasi jenis-jenis pengetahuan dirancang untuk spesifikasi tujuan pendidikan. Tingkat spesifikasi memungkinkan empat jenis pengetahuan tersebut diterapkan untuk semua tingkat kelas dan mata pelajaran. Empat pengetahuan tersebut adalah:
1)      Pengetahuan faktual
Pengetahuan faktual meliputi elemen-elemen dasar yang harus diketahui siswa ketika akan mempelajari disiplin ilmu atau menyelesaikan masalah dalam disiplin ilmu tersebut. dalam pengetahuan faktual trediri dari dua sub jenis:
a)      Pengetahuan tentang terminologi.
Pengetahuan ini melingkupi pengetahuan tentang label dan simbol verbal dan nonverbal (misalnya, kata, angka, tanda dan gambar).
b)      Pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik. Pengetahuan ini merupakan pengetahuan tentang peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber informasi dan semacamnya. Pengetahuan ini meliputi informasi yang mendetail dan spesifik.
2)      Pengetahuan konseptual
Pengetahuan konseptual mencakup pengetahuan tentang kategori, klasifikasi dan hubungan antar dua atau lebih kategori atau klasifikasi pengetahuan yang lebih kompleks dan tertata. Pengetahuan konseptual meliputi skema, model mental, atau teori yang implisit atau eksplisit dalam beragam model psikologi kognitif. Pengetahuan konseptual terdiri dari tiga sub jenis:
a)     Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori.
Pengetahuan ini meliputi kategori, kelas, divisi dan susunan yang spesifik dalam disiplin-disiplin ilmu. Perlunya klasifikasi dan kategori dapat digunaka untuk menstrukturkan dan mensistematisasikan fenomena.pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori lebih umum dan sering lebih abstrak daripada pengetahuan tentang terminologi dan fakta-fakta yang spesifik.
b)     Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi.
Prinsip dan generalisasi dibentuk oleh klasifikasi dan kategori. Umumnya merupakan bagian yang dominan dalam sebuah disiplin ilmu dan digunakan untuk mengkaji fenomena atau menyelesaikan masalah-masalah dalam disiplin ilmu tersebut. pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi mencakup pengetahuan tentang abstraksi-abstraksi tertentu yang meringkas hasil-hasil pengamatan terhadap suatu fenomena.
c)     Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur.
Pengetahuan ini meliputi pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi sarta antara keduanya yang menghadirkan pandangan yang jelas, utuh dan sistemik tentang sebuah fenomena , masalah, atau materi kajian yang kompleks. Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur mencakup pengatahuan tentang berbagi paradigma, epistemologi, teori dan model yang digunakan dalam disiplin disiplin ilmu untuk mendeskripsikan, memahami, menjelaskan dan memprediksi fenomena.
3)      Pengetahuan prosedural
Pengetahuan prosedural meliputi bagaimana melakukan sesuatu, mempraktikkan metode-metode penelitian, dan kriteria-kriteria untuk menggunakan ketrampilan, algoritma, teknik dan metode. Pengetahuan prosedural bergulat dengan pertanyaan “bagaimana”, dengan kata lain pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang beragam proses. Pada pengetahuan ini terdiri dari tiga subjenis:
a)     Pengetahuan tentang ketrampilan dalam bidang tertentu dan algoritme.
b)     Pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu. Pengetahuan ini mencakup pengetahuan yang umumnya merupakan hasil konsensus, kesepakatan atau ketentuan dalam disiplin ilmu, bukan hasil pengamatan atau eksperimen atau penemuan langsung. Pada umumnya pengetahuan ini menunjukkan bagimana para ilmuan dalam bidang mereka berpikir dan menyelesaikan masalah-masalah, bukan hasil penyelesaian masalah atau pemikiran.
c)     Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang tepat.
4)      Pengetahuan metakognitif
Pengetahuan metakognitif meliputi pengetahuan tentang kognisi secara umum dan kesadaran dan pengeahuan tentang kognisi diri sendiri. Pada pengetahuan ini meliputi tiga subjenis;
a)    Pengetahuan strategis. Pengetahuan strategis merupakan pengetahuan perihal strategi-strategi belajar dan berpikir serta pemecahan masalah. Pengetahuan ini mencakup strategi-strategi umum umum untuk menyelesaikan masalah (problem solving) dan berpikir.
b)    Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif.
c)     Pengetahuan diri. Pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri dalam kaitannya kognisi dan belajar

Ø  Dimensi Proses Kognitif
Dimensi proses kognitif merupakan klasifikasi proses-proses kognitif siswa secara komprehensif yang terdapat dalam tujuan-tujuan bidang pendidikan. Dalam dimensi proses kognitif terdiri dari enam kategori. Dalam dimensi ini kata kerja dari Kompetensi Dasar dan soal-soal dianalisis berdasarkan proses kognitif, dan dimasukkan sesuai dengan kategori dari kata kerja tersebut. Untuk memudahkan dalam analisis maka perlu adanya penjelasan dari setiap kategori dan kata kerja operasionalnya yang diuraikan pada tabel berikut.
Tabel Dimensi Proses Kognitif
Kategori dan proses kognitif

Nama-nama lain
Definisi
Mengingat (remember): mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang
1.1 Mengenal
Mengidentifikasi

Menempatkan pengetahuan dalam memori jangka panjang yang sesuai dengan pengetahuan tersebut
1.2. mengingat kembali
Mengambil
Mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka pajang
Memahami: mengkontruksi makna dari materi pembelajaran yang dikomunikasikan  secara lisan, tertulis maupun grafik

2.1 Menafsirkan
Mengklarifikasi,
Memparafrasaka,
Merepresentasi,
Menerjemahkan
Mengubah satu bentuk gambaran menjadi bentuk lain

2.2 Mencontohkan

Mengilustrasikan,
Memberi contoh
Menemukan contoh atau ilustrasi tentang konsep atau prinsip
2.3 Mengklasifikasikan

Mengkatagorikan,
Mengelompokkan
Menentukan sesuatu dalam satu kategori

2.4 Merangkum

Mengabstraksi,
Mengeneralisasi
Mengabstraksikan tema umum atau poin-poin pokok
2.6 Menyimpulkan

Menyarikan,
Mengekstrapolasi,
Mengiterpolasi,
Memprediksi
Membuat kesimpulan yang logis dari informasi yang diterima

2.7 Membandingkan

Mengontraskan,
Memetakan,
Mencocokkan
Menentukan hubungan antara dua ide, dua objek dan semacamnya

2.8 Menjelaskan

Membuat model
Membuat model sebab-akibat dalam sebuah sistem
3. Mengaplikasikan: menerapkan atau menggunakan sesuatu prosedur dalam keadaan tertentu.
3.1 Mengeksekusi
Melaksanakan

Menerapkan suatu prosedur pada tugas yang familier
3.2 Mengimplementasikan
Menggunakan

Menerapkan suatu prosedur pada tugas yang tidak familier
4. Menganalisis: memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antar bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan.

4.1 Membedakan

Menyendirikan,
Memilih,
Memfokuskan,
Memilah
Membedakan materi pelajaran yang relevan dari yang tidak relevan bagian yang penting dari yang tidak penting

4.2 Mengorganisasi

 Menemukan,
Koherensi,
Memadukan,
Membuat,
Garis besar,
Mendeskripsikan peran,
Menstrukturkan
Menentukan bagaimana elemen-elemn bekerja atau berfungsi dalam sebuah struktur
4.3 Mengatribusikan

Mendekonstruksi

Menentukan sudut pandang, bias, nilai atau maksud dibalik materi pelajaran
5. Mengevaluasi: mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan atau standar

5.1 Memeriksa

Mengoordinasi,
Mendeteksi,
Memonitor,
Menguji
Menemukan inkonsistensi atau kesalahan dalam suatu proses atau produk, dan menemukan efektifitas prosedur yang sedang dipraktikkan

5.2 Mengkritik

Menilai

Menemukan inkonsistensi antara suatu produk dan kriteria eksternal dan menemukan ketepatan suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah
6. Mencipta: memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat sesuatu produk yang orisinil.
6.1 Merumuskan

Membuat hipotesis

Membuat hipotesis-hipotesis berdasarkan kriteria
6.2 Merencanakan

Mendesain
Merencanakan prosedur untuk menyelesaikan suatu tugas
6.3 Memproduksi
Mengkonstruksi
Menciptakan suatu produk

Kedua dimensi ini dapat dilihat pada diagram berikut.
TAKSONOMI SOLO

Taksonomi SOLO adalah klasifikasi respon nyata dari siswa tentang struktur hasil belajar yang dapat diamati. Taksonomi SOLO  dikhususkan pada respos siswa terhadap masalah. Kemampuan kognitif dapat diartikan sebagai suatu proses berfikir atau kegiatan intelektual seseorang yang tidak dapat secara langsung terlihat dari luar. Kemampuan kognitif yang dapat dilihat adalah tingkah laku sebagai akibat terjadinya proses berfikir seseorang. Dari tingkah laku yang tampak itu dapat ditarik kesimpulan mengenai kemampuan kognitifnya. Apa yang terjadi pada seseorang yang sedang belajar tidak dapat diketahui secara langsung tanpa orang itu menampakkan kegiatan yang merupakan fenomena belajar.  Kita tidak dapat melihat secara langsung proses berfikir yang sedang terjadi pada seorang siswa yang sedang dihadapkan pada sejumlah pertanyaan, akan tetapi kita dapat mengetahui kemampuan kognitifnya dari jenis dan kualitas respons yang diberikan.
Teori perkembangan intelektual anak yang banyak diikuti adalah teori perkembangan Piaget. Piaget berasumsi bahwa tingkat perkembangan stabil dan tanpa balik.  Stabil artinya respon siswa terhadap tugas-tugas yang sejenis atau setingkat akan sama dan tanpa balik artinya apabila dia berada pada suatu tingkat, maka tidak akan kembali ke tingkat sebelumnya. Biggs dan Collis mengamati bahwa dalam kehidupan nyata terutama di dalam pembelajaran terdapat penyimpangan dari asumsi Piaget tersebut. Menurut Biggs dan Collis bahwa level respons seorang siswa akan berbeda antara suatu konsep dengan konsep lainnya, dan perbedaan tersebut tidak akan melebihi tingkat perkembangan kognitif optimal siswa seusianya. Jadi  respon siswa terhadap tugas-tugas yang sejenis adalah bervariasi. Suatu saat seorang siswa menunjukkan tingkat lebih rendah, tetapi di saat lain menunjukkan tingkat yang lebih tinggi. Hal ini merupakan sifat alam dalam perkembangan intelektual siswa.
Deskripsi tentang taksonomi SOLO terdiri dari lima tingkat yang dapat menggambarkan perkembangan kemampuan berpikir siswa dalam memecahkan suatu masalah. Berikut deskripsi dari masing-masing tingkat berdasarkan taksonomi SOLO.
1.   Tingkat Prastruktural
Tingkat prastruktural adalah tingkat dimana siswa hanya memiliki sedikit sekali informasi yang bahkan tidak saling berhubungan, sehingga tidak membentuk sebuah kesatuan konsep sama sekali dan tidak mempunyai makna apapun. Pada tingkat ini siswa merespon suatu tugas dengan menggunakan pendekatan yang tidak konsisten. Respon yang ditunjukkan berdasarkan rincian informasi yang tidak relevan. Konsepsi yang dimunculkan bersifat personal, subjektif dan tidak terorganisasi secara intrinsik. Artinya siswa tersebut tidak memahami tentang apa yang didemonstrasikan. Siswa pada tingkat prastruktural belum bisa mengerjakan tugas yang diberikan secara tepat artinya siswa tidak memiliki keterampilan yang dapat digunakan dalam menyelesaikan tugas. Dengan kata lain siswa sama sekali tidak memahami apa yang harus dikerjakan. Salah satu hal yang terlihat adalah dengan tidak adanya penyelesaian masalah yang diberikan siswa.
2.   Tingkat Unistruktural
Pada tingkat ini terlihat adanya hubungan yang jelas dan sederhana antara satu konsep dengan konsep lainnya tetapi inti konsep tersebut secara luas belum dipahami. Beberapa kata kerja yang dapat mengindikasi aktivitas pada tahap ini adalah;  mengindentifikasikan, mengingat dan melakukan prosedur sederhana. Terkait dengan pemecahan masalah, siswa hanya memberikan satu solusi, dan dia menyatakan solusinya hanya itu (walaupun yang sebenarnya masalah tersebut adalah divergen). Dalam hal berpikir kreatif, siswa tersebut mendemonstrasikan suatu pola pikir yang unidirectional, yang memfokuskan pada satu aspek atau satu strategi atau satu solusi. Dia berpikir terbatas pada parameter, dan membuat hubungan antar item secara langsung. Siswa pada tingkat ini bisa merespon dengan sederhana pertanyaan yang diberikan akan tetapi respon yang diberikan oleh siswa belum bisa dipahami. Siswa pada tingkat ini mencoba menjawab pertanyaan secara terbatas yaitu dengan cara memilih satu informasi yang ada pada pertanyaan yang diberikan. Tanggapan siswa hanya berfokus pada satu aspek yang relevan.
3.   Tingkat Multistruktural
Pada tingkat ini siswa sudah memahami beberapa komponen namun hal ini masih bersifat terpisah satu sama lain sehingga belum membentuk pemahaman secara komprehensif. Beberapa koneksi sederhana sudah terbentuk namun demikian kemampuan metakognisi belum tampak pada tahap ini. Adapun beberapa kata kerja yang mendeskripsikan kemampuan siswa pada tingkat ini antara lain; membilang atau mencacah, mengurutkan, mengklasifikasikan, menjelaskan, membuat daftar, menggabungkan dan melakukan algoritma. Siswa pada tingkat ini menggunakan dua atau lebih informasi, namun urutan informasi tersebut sering gagal memberikan penjelasan mengapa atau apa hubungan diantara sekumpulan data tersebut. Berkaitan dengan berpikir kritis, siswa menfokuskan pemikiran pada beberapa aspek strategi atau solusi, tanpa mampu menghubungkan aspek-aspek dan strategi-strategi yang jelas-jelas saling berkaitan. Siswa yang memiliki kemampuan merespon masalah dengan beberapa strategi yang terpisah. Banyak hubungan yang dapat mereka buat, namun hubungan-hubungan tersebut belum tepat.
4.   Tingkat Relasional
Pada level ini siswa dapat menghubungkan antara fakta dengan teori serta tindakan dan tujuan. Pada tingkat ini siswa dapat menunjukkan pemahaman beberapa komponen dari satu kesatuan konsep, memahami peran bagian-bagian bagi keseluruhan serta telah dapat mengaplikasikan sebuah konsep pada keadaan-keadaan yang serupa. Adapun kata kerja yang mengindikasikan kemampuan pada tingkat ini antara lain; membandingkan, membedakan, menjelaskan hubungan sebab akibat, menggabungkan, menganalisis, mengaplikasikan, menghubungkan. Siswa pada tingkat ini dapat memberikan lebih dari satu interpretasi dari suatu argumen. Siswa dapat memberikan beberapa solusi untuk suatu masalah divergen, dan memberikan hubungan antar solusi yang mungkin. Siswa pada tingkat ini juga dapat mengaitkan hubungan antara fakta dan teori serta tindakan dan tujuan. Siswa mulai mengaitkan informasi-informasi menjadi satu kesatuan yang koheren, sehingga siswa memperoleh konklusi yang konsisten. Pemahaman siswa terhadap beberapa komponen terintegrasi secara konseptual. Siswa dapat menerapkan konsep untuk masalah yang familiar dan tugas situasional. Siswa dapat mengaitkan bagian-bagian menjadi satu kesatuan.Kemampuan siswa pada tingkat relasional mampu memecah suatu kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan dengan beberapa model dan dapat menjelaskan kesetaraan model tersebut. Kemampuan memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan dan metodologi dengan lebih dari satu kriteria untuk menentukan kualitas tertentu dan dapat menjelaskan keterkaitan penilaian dengan beberapa kriteria tersebut.
5.    Tingkat Extended Abstract
Pada tahap ini siswa melakukan koneksi tidak hanya sebatas pada konsep-konsep yang sudah diberikan saja melainkan dengan konsep-konsep di luar itu. Dapat membuat generalisasi serta dapat melakukan sebuah perumpamaan-perumpamaan pada situasi-situasi spesifik. Kata kerja yang merefleksikan kemampuan pada tahap ini  antara lain, membuat suatu teori, membuat hipotesis, membuat generalisasi, melakukan refleksi serta membangun suatu konsep. Dalam hal pemecahan masalah, siswa pada tingkat ini dapat memberikan penjelasan tentang hubungan antar solusi yang mungkin, melakukan justifikasi terhadap solusi tersebut untuk membangun struktur baru. Dalam hal berpikir kritis, menyajikan pemikiran dengan pandangan yang menyeluruh, imajinatif atau original untuk menghubungkan antara aspek yang tidak berhubungan secara langsung. Dia mampu mendemonstrasikan  berpikir multidimensi, dan dapat menghubungkan dengan item-item di luar yang ada sehingga terbentuk gagasan baru. Siswa pada tingkat ini sudah menguasai materi dan memahami soal yang diberikan dengan sangat baik sehingga siswa sudah mampu untuk merealisasikan ke konsep-konsep yang ada.

Selain ke lima tingkat di atas, dalam taksonomi SOLO juga terdapat tingkatan-tingkatan dari kesulitan suatu pertanyaan.  Tingkatan tersebut adalah sebagai berikut :
1)   Pertanyaan Unistruktural (U): pertanyaan dengan kriteria menggunakan sebuah informasi yang jelas dan langsung dari stem (pokok  soal).
2)   Pertanyaan Multistrutural (M): pertanyaan dengan kriteria menggunakan dua informasi atau lebih dan terpisah yang termuat dalam stem. Semua informasi atau data yang diperlukan dapat segera digunakan untuk mendapatkan penyelesaian.
3)   Pertanyaan Relasional (R): pertanyaan dengan kriteria menggunakan suatu pemahaman dari dua informasi atau lebih yang termuat dalam stem. Semua informasi diberikan, namun belum bisa segera digunakan untuk mendapatkan penyelesaian soal. Dalam kasus ini tersedia data yang harus digunakan untuk menentukan informasi sebelum dapat digunakan untuk memperoleh penyelesaian akhir. Alternatif lain adalah menghubungkan informasi-informasi yang tersedia dengan menggunakan prinsip umum atau rumus untuk mendapatkan informasi baru. Dari informasi atau data baru ini selanjutnya dapat digunakan untuk memperoleh penyelesaian akhir.
4)   Pertanyaan Abstrak diperluas (E): pertanyaan dengan kriteria menggunakan prinsip umum yang abstrak atau hipotesis yang diturunkan dari informasi dalam stem. Semua informasi atau data diberikan tetapi belum bisa segera digunakan untuk mendapatkan penyelesain akhir. Dari data atau informasi yang diberikan itu masih diperlukan prinsip umum yang abstrak atau menggunakan hipotesis untuk mengaitkannya sehingga mendapatkan informasi atau data baru. Dari informasi atau data baru ini kemudian disintesakan sehingga dapat diperoleh penyelesaian akhir.